Selasa, 08 September 2015

KEPING NERAKA DI SURGA

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh:Ahmad Syafii Maarif

Karena perhatian disedot oleh masalahdalam negeri, nasib rakyat di beberapa negeri Arab yang dilanda krisis berat, agak terlupakan. Artikel Bassel Oudat dari Damaskus dibawah judul “Syria’s Impasse” dalam harian Al-Ahram, 25 Agustus 2015, telah memukul batin saya tentang betapa parahnya krisis yang melanda Suria ini. Seakan-akan sebuah kepingan neraka sedang diciptakan di sana oleh para aktornya: lokal, regional, dan global. Pada tingkat lokal melibatkan rezim al-Assad, kelompok Negara Islam (ISIS), dan kelompok Islamis lainnya yang baku hantam berebut pengaruh di negara gagal itu. Islam sebagai agama perdamaian telah berhenti jadi rujukan dalam penyelesaian konflik, dibuang jauh entah ke mana. Para elite yang terlibat dalam konflik berdarah-darah ini semuanya memahami dan bercakap dalam Bahasa Arab, Bahasa Alquran, tetapi nurani mereka telah tersumbat untuk menerima petunjuk.Pada tataran regional, Iran terus saja memasok senjata dan bantuan lainnya kepada rezim al-Assad dengan tujuan memperkuat pengaruhnya dengan mengorbankan bangsa yang oleng itu. Tentu saja Iran dalam berebut hegemoni politik dengan Saudi Arabia di kawasan kacau itu ingin memperagakan taringnya dengan menguasai Suria sejauh mungkin. Perkara rakyat Suria bermain dengan maut setiap saat tidak perlu dipertimbangkan. Inilah corak kekuasaan biadab atas nama agama. Oudat menulis: “Ia [Iran] menyebut Suria sebagai perluasan dari tanahnyasendiri dan sekaligus memanfaatkan konflik itu untuk mendorong posisi tawar yang keras dalam pembicaraan nuklirnya dengan pihak Barat.

”Di sini definisi kepentingan nasionaltidak ada lagi kaitannya dengan prinsip-prinsip moral Islam. Pada kutup lain Saudi Arabia merasa ringansaja bekerja sama dengan Israel dalammenghadapi Iran. Teologi sunni-syi’ahsama-sama dieksploitasi semata-mata bagi tujuan kekuasaan duniawi. Apa yang disebut bangunan solidaritas Arab sudah lama runtuh. Rezim al-Assad yang Arab, tetapi brutal itu, merasa lebih nyaman berdampingandengan Iran, demi kelangsungan kekuasaannya. Pergolakan rakyat yang semula damai untuk menuntut kebebasantelah berubah menjadi konflik bersenjata yang tidak jelas ujung-pangkalnya. Kota-kota di seluruh negeri yang nahas itu telah hampir rata dengan tanah.

Di awal kolomnya, Oudat  menulis: “Meskipun merupakan salah satu tragedi kemanusiaan terburuk di abad ini, krisis Suria tampaknya telah terjerembab melalui keretakan diplomasi internasional. Dielakkan oleh Amerika, disabotase oleh Rusia, dan dizalimi oleh Iran, negeri itu telah jadi korban rezim brutal, milisia sektarian, pasukan upahan dankelompok jihadis dalam berbagai aliran, dan menjadi mangsa diplomasi pura-pura tetapi tidak ada pengaruhnya…Ia [krisis Suria] telah jadi sumber keuntungan bagi kelompok jihad global, peluang politik bagi Teheran dan Moskow, dan kutukan bagi rakyat jelata.

” Perang saudara selamaempat setengah tahun ini telah merenggut ratusan ribu nyawa, ratusanribu jadi pengungsi dengan segala penderitaan dalam perjalanan ke berbagai negara. Presiden Bashar al-Assad dengan dukungan Tehran dan Moskwa tampaknya rela melihat Suria jadi puing perang daripada berdamai dengan lawan-lawan politik domestiknya.

Omar Kosh, peneliti oposisi Suria berkata: “Tampaknya Amerika, Rusia, dan Iran punya satu persamaan: syahwat untuk menghancurkan Suria.” Tambahan lagi bagi Amerika, dengan hancurnya Suria, Israel pasti akan mendapatkan keuntungan yang besar. Saya hampir kehabisan kosa-kata untukmenggambarkan tentang betapa moral internasional, termasuk dunia Islam, telah tiarap dalam mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang diderita rakyat Suria. Memang Amerika masih mengirim bom untuk menghancurkan kekuatan ISIS, tetapi tidak berbuat apa-apa untuk menurunkan rezim brutalal-Assad yang telah membawa negeri itu bertekuk lutut k epadanya yang dulu telah dimulai oleh bapaknya Hafez al-Assad yang sama kejamnya dengan menggunakan Partai Baath Suriasebagai kekuatan penindas.Sekarang seluruh kota Suria telah binasa, masa depan rakyatnya gelap-gulita, sementara dunia membisu membiarkan drama maut ini berlangsungterus. Ya, Allah, mohon tampakkan keberpihakan Engkau untuk menolong hamba-hambaMu yang menjadi korban para elite yang mabuk dunia dan gila kekuasaan. Rakyat Suria dibiarkan sendiri menanggulangi nasibnya dalam kepungan penderitaan yang nyaris tanpa batas. Oleh sebab itu, ya Allah, dengarlah jeritan tangis mereka, karena Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar