Kamis, 12 April 2012

BAB I ( belum sidang)


SOLIDARITAS SOSIAL
(Studi Kasus Organisasi Masyarakat Front Betawi Rembuk Bitaro)

  1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang masyarakatnya multikultur, yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari kelompok- kelompok yang berbeda berakulturasi dengan menghargai prularisme sebagai keragaman budaya untuk tetap di lestarikan. Kemajemukan di tandai oleh adanya suku – suku bangsa yang masing –masing mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sehingga mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara etnik yang satu dengan etnik lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia.
Menurut Suparlan (1989:4) perbedaan tersebut pada hakekatnya adalah perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh sejarah perkembangan kebudayaan masing-masing . Puncak-puncak kebudayaan tersebut adalah konfigurasi yang masing-masing kebudayaan memperlihatkan adanya pinsip-prinsip kesamaan dan saling penyesuaian satu dengan lainnya sehingga menjadi landasan bagi terciptanya kebudayaan nasional. Selanjutnya, terdapat kebudayaan umum yang bersifat local yang dapat dilihat sebagai sebuah wadah untuk mengakomodasi proses pembauran atau asimilasi dan proses akulturasi, yang di antara kebudayaan-kebudayaan itu saling berbeda wilayah atau dikelilingi wilayah kebudayaan umum yang bersifat lokal.
Keragaman latar belakang penduduk Jakarta baik secara horisontal maupun vertikal, mengondisikan Jakarta rentan gesekan sosial. Apalagi, jika masyarakatJakarta tidak segera membangun rasa solidaritas sosial antar warga yang mempunya latar belakang yang berbeda-beda.
Ida Ruwaida, sosiolog dari Universitas Indonesia, mengungkapkan, sebetulnya rasa kebersamaan minimal bisa terbangun melalui berbagai kegiatan yang memungkinkan terjadinya cross-cutting affiliation, yakni masyarakat yang terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial.
Namun faktanya, pembangunan kota Jakarta semakin membuat jarak sosial antarwarga, bahkan cenderung menciptakan agregasi antarkelompok, misalnya sekolah, pemukiman, dan lainnya. Warga kelas bawah menengah semakin terabaikan atau tereksekusi dari kebijakan-kebijakan kota, termasuk kelompok pelajar atau remaja yang semakin marginal.
"Konflik sosial antar warga bisa terkondisikan karena tatanan sosial ekonomi dan juga budaya yang senjang dan kondusif menciptakan gesekan-gesekan sosial," ujarnya.
Ormas atau kelompok dianggap sebagai alat untuk menperjuangkan kepentingan. Namun masalahnya kecenderungannya ormas atau kelompok tersebut semakin memperlebar jarak sosial karena dasar pembentukan kelompok lebih karena ikatan-ikatan primordial, daerah tinggal, kelas sosial tertentu, bahkan cenderung 'ekslusif'.


  1. Tinjauan Pustaka

Pertama : Investasi social , oleh Prof. Parsudi Suparlan yang di muat dalam jurnal penyuluhan , penulis berpendapat , Penulisnya, Prof. Parsudi Suparlan, tidak menggunakan  istilah pembangunan masyarakat tetapi pembangunan komuniti sebagai padanan kata  community development, karena skala sebuah masyarakat adalah luas dengan sistem-sistem sosialnya yang kompleks dan komprehensif, yang corak kehidupan atau kebudayaannya tergolong dalam tipe patembayan (gesellschaft). Sedangkan komuniti mempunyai skala yang terbatas dan acuan bagi kehidupan sosial adalah kebudayaan komuniti yang tergolong dalam tipe paguyuban (gemeinschaft). Sehingga berbagai bentuk pengorganisasian untuk kegiatan-kegiatan yang menuntut kerelawanan dan solidaritas sosial mempunyai acuan dari kehidupan komuniti.Penulis mengutip definisi Blakely,Hegeman  dan Kooperman tentang pembangunan komuniti, yaitu proses di mana
anggota-anggota komuniti mengorganisasi diri mereka dalam kelompok atau kumpulan
individu yang secara bersama-sama merasakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang
harus mereka penuhi dan masalah-masalah yang harus mereka atasi untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Selanjutnya mereka membuat rencanarencana kerja yang dalam pelaksanaannya tergantung pada sumber daya yang ada dalam
komuniti, dan bila merasa ada kekurangan, mereka dapat meminta bantuan dari
pemerintah atau badan-badan swasta.[1]
Ke Dua : oleh Susiyanto, solidaritas social cina muslim dan non muslim dan factor – factor yang mempengaruhinya, studi kasus kota bengkulu, penulis menyimpulkan : Secara garis besar, etnik Cina di Kota Bengkulu terdiri dari dua etnik yaitu Hakka atau Khek dan Tio Ciu yang rata-rata mempunyai tingkat perkenomian yang cukup tinggi. Mereka terdiri dari tiga golongan pedagang. Pertama, golongan pengusaha besar yaitu importir-importir, pemilik industri pertambangan, industri perkebunan, pemilik pasar swalayan dan lain-lain dan mereka ini biasa dikenal dengan istilah “cukong”. Kedua, golongan pedagang menengah, yang terdiri dari pemilik ruko-ruko yang berada di kawasan pusat perdagangan, dan berperan sebagai distributor. Ketiga, golongan pedagang kecil, yang umumnya pemilik toko-toko kecil yang tersebar di pemukiman penduduk sebagai pengecer. Golongan ini jumlahnya relatif kecil (observasi dan wawancara, 2002). Berdasarkan identitas keetnikannya, etnik Cina terdiri atas Cina Totok, Cina Peranakan dan Cina Phan Tong (Garna, 1996: 57). Pertama, Cina Totok. Mereka ini adalah generasi imigran Tionghoa yang telah hidup turun-temurun di Kota Bengkulu. baik yang bersifat stateles, Warga Negara Asing (WNA) Republik Rakyat Cina (RRC) maupun yang beralih kewarganegaraan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Sejumlah kecil telah mengalami proses asimilasi biologis, baik sesama etnik Tinghoa maupun dengan etnik Indonesia lainnya. Mereka ini umumnya termasuk golongan tua, masih fanatik, menggantungkan loyalitas kepada leluhurnya di Negara Cina, masih memegang teguh adat istiadat atau budaya Cina, dan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam sistem kekeluargaan etnik Cina secara keseluruhan. Kedua, Cina Peranakan. Mereka ini adalah generasi imigran orang Tinghoa yang hidup turun-temurun di Indonesia. Kelompok ini telah mengalami proses amalgamasi biologis, baik antara sesama suku bangsa dalam rumpun keturunan Cina maupun dengan suku bangsa pribumi. Mereka ini termasuk golongan muda dan terpelajar dan sudah memeluk salah satu agama yang ada di Indonesia. Selain itu, mereka tidak begitu paham akan akar budaya Cina serta maksud dari kegiatan yang mereka lakukan, namun mereka tetap saja ikut serta dalam kegiatan yang menyangkut budaya Cina dengan maksud ingin melestarikan budaya nenek moyang mereka. Golongan muda tersebut umumnya, selain sangat berminat di bidang perdagangan, juga berminat di bidang-bidang yang lain, seperti di bidang politik, hukum, pendidikan dan social. kemasyarakatan. Ketiga, Cina Phang Ton. Mereka ini adalah hasil amalgamasi biologis antara salah satu etnik Cina, yakni Khek dengan Melayu. Penggolongan tersebut bukan didasarkan tempat kelahirannya, misalnya di negara Cina atau Indonesia, melainkan berdasarkan pada latar belakang generasi biologis dan kualitas
prinsipnya atau kesetiaan mereka terhadap nilai-nilai budaya dan loyalitas terhadap
leluhurnya di Negara Cina. Struktur kehidupan sosial etnik Cina pada dasarnya sangat terikat oleh marga, klan, atau Shiang sebagai keluarga besar yang berfungsi sebagai penerus generasi selanjutnya. Sistem sosial tersebut bersifat tradisional, sangat tertutup dan tidak berlaku pada orang atau bangsa lainnya. Mereka sangat patuh pada prinsip-prinsip yang telah diwariskan dari leluhurnya. Kondisi stratifikasi sosial tersebut biasanya
didasarkan pada kekayaan yang dimiliki serta tingkat pendidikan dari keluarga besar tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi “stratifikasi social Tionghoa” (Garna,1996: 61) dibedakan menjadi tiga , yaitu : Pertama, nilai fanatisme berupa orientasi pada negeri leluhurnya. Kedua, orientasi tingkatan kaya dan miskin. Ketiga, perbedaan kualitas dan tingkat pendidikannya.[2]

  1. Perumusan Masalah Dan Peambatasan Masalah

  1. Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas  maka dapat di rumuskan dalam beberapa rumusan masalah diantaranya:

  1. Apa saja factor yang menyebabkan terbentuknya solidaritas social dalam Ormas FBR?
  2. Bagaimana proses perekrutan anggota baru dalam Ormas FBR?
  3. Bagaimana bentuk solidaritas dan kerja sama Ormas FBR?

  1. Pembatasan Masalah

Pembatasan tentang solidaritas social, adalah bagaimana di jaman modern ini oraganisasi yang menatasnamakan suku masih bisa  tampil dalam kehidupan masyarakat Jakarta, yang penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa. Bahkan organisasi ini mempunyai. Jaringan yang sangat kuat di DKI Jakarta. Saya ingin meneliti bagai mana solidaritas social didlam FBR itu bisa bertahan bahkan semakin kuat.

  1. Tujuan Dan Mnfaat Penelitian.

Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk memberikan gambaran secara detail tentang Solidaritas Sosial di dalam organisasi masyarakat Front Betawi Rembuk.
  2. Untuk mempelajari kegiatan sehari-hari yang di lakukan oleh

Manfaat Akademisi

    1. Bagi penulis adalah sebagai latihan dasar penulisan secara ilmiah untuk mengaplikasikan teori yang penulis tulis dengan aplikasi di lapangan.
    2. Penelitian ini Insya Allah akan memberikan tambahan literature penelitian untuk Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan mengenai kondisi masyarakat Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya.

Manfaat Praktis
Saya berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi mereka yang membutuhkan dan penelitian berikutnya.

  1. Metodelogi Penelitian

  1. Metode penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatip dengan menggunakan metode pendekatan fenomenologi, fenomenologi adalah fakta yang di sadari masuk ke dalam pemahaman manusia dapat di bedakan dari suatuyang sudah di bedakan dari suatu yang sudah menjadi atau disiplin ilmu dengan menjelaskan dan mengklarifikasi sebuah fenomena yang twerjadi di depan kita.[3]

  1. subjek penelitian

subjek penelitian ini adalah pengurus dan anggota Organisasi Masyarakat Fron Betawi Rembukdi wilayah Bintaro. Pemilihan informan utama di ambil dengan teknik purposive sampling, bertujuan untuk memperluas informasi yang diperoleh terlebih dahulu sehingga dari satu menjadi semakin banyak dan sample ini tidak di tentukan dengan berapa jumlah responden.[4] Dengan criteria , lamanya menjadi anggota, umur dan posisi dalam organisasi.

  1. Jenis Data Dan Sumber Data

  1. Data primer, yaitu data yang di peroleh dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung pada pengurus dan anggota ormas FBR. Diantaranya kerja sama, kegiatan harian, kegiatan bulanan, dan proses perekrutan anggota baru.
  2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kajian pustaka dan sebagai pendukung data primer, artikel, Koran, majalah, sebagai sumber tertulis lainnya yang di bahas dalam penelitian.

  1. teknik pengumpulan data

Data-data yang diambil dari penelitian ini di kumpulkan dengan teknik sebagai berikut : pengamatan ( observation ), wawancara dan dokumentasi.
a.                 pengamatan ( Observation ) yaitu pencacatan serta sistematis terhadap suatu fenomena-fenomena yabg di selidiki dan dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan dengan mendatangi narasumber.
b.                Wawancara adalah percakapan berupa Tanya jawab berhadapan langsung dengan responden untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari responden. Wawancara ini dilakukan secara mendalam artinya suatu wawancara dan focus pada permasalahan penelitian.

  1. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Dalam penelitian fenomenologi analisis data merupakan salah satu langkah paling penting untuk memperoleh temuan-temuan hasil penelitian dan mendeskripsikan peristiwa atau fenomena yang di alamai langsung oleh informan secara menyeluruh melalui wawancara dan penganman agar oaring-orang dapat memahami topic dari setiap pertanyaan-pertanyaan yang memiliki nilai setara, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi unit-unit bermakna yang kemudian mengelompokkan setiap unit makna ke dalam tema-tema tertentu.

F.     Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada skripsi ini, penulis akan menguraikan isi uraian pembahasan. Adapun sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi: Latar Belakang Masalah, Pernyataan Penelitan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka.
BAB II PRESPEKTIF TEORITIS
Meliputi: Perspektif kajian kepustakaan konseptual yang terdiri dari: Seputar Masyarakat dan Organisasi, yang di dalamnya membahas pengertian masyarakat, pengertian organisasi sosial, jenis-jenis organisasi sosial. Seputar Solidaritas Sosial yang meliputi pengertian, Ruang Lingkup, Implikasi solidaritas organik
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Meliputi: Pendekatan dan jenis penelitian, subyek dan sasaran penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, teknik keabsahan data.
BAB IV DESKRIPSI POKOK SUBYEK PENELITIAN
Meliputi: deskripsi Situasi dalam organisasi masyarakat front betawi rembuk  yang semakin berkibar namanya dalam satu decade ini atau selepas era reformasi yang di tandai oleh tumbangnya rezim suharto atau lebih di kenal orde baru.
BAB V PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini saya coba sajikan bagai mana solidariats dalam ormas FBR bisa tetap eksist di dalam era modern yang mana era ini sangat tidak mementingkan suku bangsa dan atributnya.
BAB VI PENUTUP
Adalah bab terakhir atau penutup dari keseluruhan isi pembahasan skripsi yang berisi kesimpulan dan saran.




[1] Prof. Parsudi Suparlan Dkk “ Investasi Sosial “ Bogor : Pusat Penyuluhan Sosial Kementrian Sosial R I, 2005
[2] Susianto “Solidaritas Sosial Cina Muslim dan Nonmuslim” Jurnal Penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006: 84-98
[3] Engkus kuswarno, Fenomenologi, Konsepsi, pedomandan contoh penelitian-penelitian fenomena pengemis kota bandung, (Bandung: widya padjajaran.2009).h.1-2

[4] lexy j. melong, metodelogi penelitian kualitatif, (Bandung: PT Rosda, 2006). H.186.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar