Jumat, 31 Januari 2025

AYAM YANG MATI DI LUMBUNG

Bagaikan ayam yang mati di lumbung. Dengan segala keuntungan dan kesempatan yang memihak sebelum laga melawan Dinamo Zagreb di putaran grup Liga Champions, AC Milan justru membuang semuanya. Bukan untung yang didapat malah buntung. Kesempatan untuk langsung ke 16 besar dibuang percuma dan akhirnya harus melawan Feyenoord atau Juventus di playoff babak berikutnya. 

Edisi pagi dari La Gazzetta dello Sport menyebut Milan "tidak terorganisir, buruk, tertinggal dan, setelah bermain dengan 10 pemain, beberapa kali terancam kebobolan lagi. Gazzetta menambahkan, Milan menyamakan kedudukan namun akhirnya kalah 1-2. Menurut koran berkertas pink itu, Milan pada akhirnya pantas kalah melawan tim yang secara teori lebih lemah.

Satu-satunya gol Milan oleh Pulisic tampak seperti "keberuntungan Conceicao yang kesekian kali" dalam periode awalnya di Milan ini. Terlepas dari kemenangan Supercoppa (yang tentunya sebuah prestasi meskipun dicapai berkat berbagai keadaan mendukung), dari segi permainan dan organisasi, pengaruh pelatih asal Portugal ini kurang terlihat. Di akhir pertandingan, mantan pelatih Porto tampak sangat gusar: dia tahu bahwa ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, mungkin lebih dari yang dia perkirakan.

Lalu dimana salahnya tim ini? Versi Sergio Conceicao, tim ini kehilangan agresivitas. "Saya tidak akan menyembunyikan fakta bahwa di babak pertama kami kekurangan agresivitas dalam bermain. Ketika sebuah tim tidak memiliki fondasi tertentu, sangat sulit untuk melakukan sesuatu yang positif," ujar Conceicao.

Dia menambahkan, sepak bola terdiri dari duel konstan dalam bertahan dan menyerang. "Ketika kami mencetak gol, kami mencoba untuk memenangkan pertandingan, tetapi lagi-lagi karena kesalahan individu, kami kebobolan gol kedua. Ketika bermain di kompetisi ini, Anda harus tetap waspada dan menunjukkan level tinggi dari awal hingga akhir," imbuhnya. 

Ya, Milan memang tidak berwajah dua seperti ulasan kami sebelumnya. Milan musim ini banyak memiliki masalah. Termasuk salah satunya, tidak bisa konsisten dalam level tinggi sepanjang laga. Malas-malasan. Lebih banyak umpan ke samping kanan kiri daripada progresif passing. Lebih penting dari itu fondasi tim kurang kokoh.

"Ada ketidakstabilan. Keseimbangan yang kurang. Tim ini diciptakan tidak ideal untuk menjadi mulus, semua kekurangan ini terlihat. Mereka mengganti pelatih, ada drama berkelanjutan: ini adalah musim yang bergejolak dan tidak konsisten," kata Zvonimir Boban seusai laga lawan Zagreb.

Boban melanjutkan dengan membahas beberapa pemain: "Leao adalah seorang penyerang sayap, dia harus bermain melebar di sayap dan tidak bergeser ke tengah untuk mengangkat Hernandez, yang ketika bermain di depan tidak mengerti apapun. Theo harus mulai dari belakang untuk membuat lawan kesulitan. Jika Anda memiliki penyerang yang berperan dalam pertandingan seperti ini (sesuatu tentu akan berbeda)... Morata tidak terlihat: kasihan dia, tetapi memang nyata ketika dia bermain sebagai penyerang utama, dia tidak tampak."

Terus terang tidak sulit untuk menganalisa laga lawan Zagreb kalau bicara sepakbola. Kekalahan murni disebabkan oleh kesalahan elementer para pemain, terutama oleh Gabbia dan Musah. 

Perbaikan perlu fokus ke sisi mental. Pemain perlu dilatih untuk tetap fokus dalam tekanan tinggi. Kesalahan elementer sering terjadi karena penurunan konsentrasi akibat tekanan pertandingan. Latihan simulasi tekanan bisa membantu pemain lebih siap menghadapi situasi krusial.

Aspek fisik juga krusial. Kelelahan sering menjadi penyebab kesalahan dasar. Program kebugaran yang tepat dan manajemen energi harus diperhatikan. Pemain perlu memahami kapan harus menghemat energi dan kapan harus all-out.

Saat pertandingan berlangsung, pelatih perlu memastikan pemain tidak terlalu tegang karena ketegangan berlebih justru bisa memicu kesalahan elementer. Komunikasi yang tepat antara pelatih dan pemain sangat penting untuk menjaga keseimbangan mental pemain.

Yang sering terabaikan adalah aspek recovery. Pemulihan yang tidak sempurna bisa menurunkan koordinasi motorik pemain dan meningkatkan risiko kesalahan dasar. Program recovery yang komprehensif harus menjadi prioritas, terutama di jadwal padat.

Bagaimana menurut Anda?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar