Kompetensi dalam memimpin itu maha penting. Ga bisa ditawar-tawar. Soalnya, apa yang diucapkan, yang diteken, dan dilakukan berdampak pada orang banyak.
Bayangkan, perkara terkait hajat orang banyak diurus oleh pemimpin yang tidak kompeten. Bagaimana jadinya? Yang muncul malahan kegaduhan.
Kompetisi ini penting agar si penerima amanah atau pembawa mandat mampu menunaikan tugasnya, tidak menyelewengkan tanggung jawabnya.
Kata Nabi Saw. "Idzaa wussidal amru ilaa ghairi ahlihii fan tadziris saa'ah/ Jika suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."
Oleh sebab itu, seorang pemimpin, jika hendak menelurkan satu kebijakan atau program, yang terpenting dia harus mengerti masalah, bagaimana memitigasi risiko yang berpotensi muncul, sehingga tidak mengorbankan masyarakat.
Kelangkaan gas elpiji 3 kg di pengecer menunjukkan tidak kompetennya para pemimpin mengurus persoalan. Kisruh dan ruwetnya koordinasi pengambilan kebijakan begitu dipertontonkan ke publik. Padahal publik ingin segera bisa masak, pedagang ingin segera bisa berdagang.
Masyarakat kita itu baik. Diminta mendaftar, mereka ikuti. Diminta menunggu, dengan sabar dilakoni. Asal ada kepastian. Para pemimpin-lah harus memberikan kepastian.
Dan, satu lagi. Pandangan utama yang harus dipahami benar-benar ialah kebijakan dilahirkan untuk kemaslahatan banyak warga, bukan segelintir orang.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar