Rabu, 26 Februari 2025

MEMISKINKAN KORUPTOR


Riza Chalid, nama yang cukup tenar dalam perkara "Papa Minta Saham". Boleh dibilang, ini skandal politik besar yang melibatkan Ketua DPR Setya Novanto yang kala itu meminta Riza membantu pengurusan perpanjangan kontrak Freeport sekaligus terdapat dugaan permintaan saham PT Freeport Indonesia, tahun 2015 silam. 

Putranya, Muhammad Kerry Adrianto Riza (MKAR) , kini menjadi satu dari tujuh tersangka kasus korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina, sub holding, dan kontraktor kontrak kerja sama (KKSK) tahun 2018 sampai 2023.

Terbongkarnya kasus ini menunjukkan adanya DINASTI ENERGI yang melibatkan orang-orang ternama, konglomerat bermasalah, selama bertahun-tahun. 

MKAR yang ulusan kampus ternama meminta fee dari impor minyak mentah, pasti bukan karena kompetensinya, melainkan musabab nasab (anak Riza Chalid), sehingga aksesnya lancar untuk melakukan kecurangan. 

Lalu bagaimana hukumannya? 

Kalau hukuman yang diberikan ke para koruptor model begini RINGAN, permainan, kongkalikong, atur-mengatur,  mencari celah curang yang merugikan negara ini pasti ga akan pernah usai. 

Sanksi sosial juga tak terlalu berpengaruh rasanya  buat mereka yang terbiasa curang. Hatinya sudah tertutup. Rasa malu mereka sudah hilang. 

Indonesia perlu mencoba hukum MEMISKINKAN KORUPTOR. Ini cara yang adil. Sebab koruptor tak takut hukuman (karena bisa diakali dan diatur). Mereka korupsi karena takut MISKIN. Mereka hanya takut DIMISKINKAN. 

Karenanya, DPR harus memprioritaskan pembahasan RUU Perampasan Aset. Langkah ini, kalau dijalani dengan tulus dan ikhlas, akan menjadi lompatan besar dalam memberantas korupsi. Kerugian negara pasti bisa dicegah. Dari situ, kita bisa memperbaiki kualitas pendidikan. 

Negeri ini juga bisa dengan cepat mencetak generasi bangsa yang berdaya, kritis, terbuka, dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain. 

Semoga! 

#miskinkankoruptor #korupsi #koruptor

Kamis, 06 Februari 2025

RENCANA GILA DAN TAK BERMORAL !!!


Rencana Trump mengambil alih Jalur Gaza dan merelokasi warga Palestina dari tempat tinggal mereka ke sejumlah negara tetangga harus dikecam keras. 

Prof Hikmahanto Juwana menyebut rencana itu sebagai absurd lantaran meminggirkan hak warga Palestina untuk menetap di Gaza, dan sangat berpihak ke Israel yang berpotensi melanggar hukum internasional. 

Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Palestina, Francesca Albanese, menyebut rencana Trump dan Netanyahu untuk menguasai Jalur Gaza dinilai sebagai rencana tak bermoral. Sebab, rencana itu jelas melanggar hukum dan tak bertanggung jawab. Selain itu, usulan tersebut juga tidak masuk akal. 

Masyarakat internasional mengecam proposal Trump itu. Langkah penting yang penting dilakukan kini dan ke depan ialah membangun wilayah yang porak-poranda karena perang, memberikan insentif ekonomi, dan memberikan bantuan kemanusiaan. 

Indonesia harus menolak rencana tak masuk akal itu, dan jangan sekali-kali terbuai dengan rayuan manis untuk membangun kembali Gaza yang terlontar dari mulut mereka. 

PALING MENGHIBUR




Kalau melihat pertandingan AC Milan lawan AS Roma dinihari tadi, sedikit banyak mulai terlihat gaya Sergio Conceicao. Boleh setuju boleh tidak, bisa dilihat pada saat Milan menguasai bola. 

Mulai tampak build-up play yang terstruktur yang bisa digambarkan dengan situasi bek tengah memiliki peran penting dalam distribusi bola pertama. Dua gelandang tengah bergerak di antara lini untuk membuka opsi passing. Striker bergerak turun untuk menjadi target wall pass. Full-back melebarkan formasi untuk membuka ruang. Sebelum bola masuk ke sepertiga akhir, mungkin Anda akan menyadari para pemain lebih berani sabar menjaga bola. Tampak sekali bola pantul seringkali diberikan penyerang kembali ke belakang jika dirasa pertahanan lawan masih sangat ketat. 

Sepakbola ala Conceicao tidak kaku dengan satu pola serangan. Tim bisa bermain serangan langsung ke striker. Lihat momen saat Santiago Gimenez mengendorkan sprint padahal punya peluang one on one dengan kiper Roma. Tim Conceicao juga bisa melakukan build up dari belakang. Tetapi ciri khas utama adalah pergerakan cepat dari hampir semua lini serang. Salah satu ciri khas adalah serangan balik yang mematikan. Begitu merebut bola, tim langsung melakukan transisi cepat ke depan. Para pemain sayap dan striker harus siap berlari masuk ke ruang kosong yang ditinggalkan pertahanan lawan. Dia beruntung memiliki pemain-pemain dengan karakteristik cepat. 

Conceicao juga menekankan pentingnya pergerakan off the ball yang dinamis. Pemain saling bertukar posisi untuk membuat kebingungan. Striker membuat ruang untuk pemain sayap atau gelandang. Pemain tengah bergantian menyusup ke depan. Full-back timing overlap dengan tepat.

Jujur, laga dinihari tadi adalah pertandingan Milan yang paling nyaman ditonton sejauh ini. Masuknya pemain baru sangat mendukung situasi tersebut. Walker tampak sangat matang dan jarang salah passing. Bandingkan dengan Emerson Royal misalnya. Santiago Gimenez sangat percaya diri demikian pula pinjaman dari Chelsea Joao Felix yang membuat gol cantik. 

Demikian juga dalam bertahan. Tim asuhan Conceicao dikenal dengan pressing agresif dan tempo permainan cepat. Tim selalu bermain dengan intensitas tinggi baik saat menguasai bola maupun tanpa bola. Para pemain dituntut memiliki kebugaran prima untuk menjalankan gaya ini. Kita bisa melihat improvement dari Tomori yang dipuji-puji. Begitu pula Pavlovic yang makin buas. 

Tulisan di atas masih berupa puja puji semua. Tetapi sebagai penggemar Milan, kita tidak terbiasa dengan segala puja-puji yang melenakan. Patut kita tunggu problem terbesar Milan yang harus dihilangkan pada laga lawan Empoli nanti: Inkonsistensi!

Selasa, 04 Februari 2025

Gas Melon

Kompetensi dalam memimpin itu maha penting. Ga bisa ditawar-tawar. Soalnya, apa yang diucapkan, yang diteken, dan dilakukan berdampak pada orang banyak. 

Bayangkan, perkara terkait hajat orang banyak diurus oleh pemimpin yang tidak kompeten. Bagaimana jadinya? Yang muncul malahan kegaduhan. 

Kompetisi ini penting agar si penerima amanah atau pembawa mandat mampu menunaikan tugasnya, tidak menyelewengkan tanggung jawabnya. 

Kata Nabi Saw. "Idzaa wussidal amru ilaa ghairi ahlihii fan tadziris saa'ah/ Jika suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."

Oleh sebab itu, seorang pemimpin, jika hendak menelurkan satu kebijakan atau program, yang terpenting dia harus mengerti masalah, bagaimana memitigasi risiko yang berpotensi muncul, sehingga tidak mengorbankan masyarakat. 

Kelangkaan gas elpiji 3 kg di pengecer menunjukkan tidak kompetennya para pemimpin mengurus persoalan. Kisruh dan ruwetnya koordinasi pengambilan kebijakan begitu dipertontonkan ke publik. Padahal publik ingin segera bisa masak, pedagang ingin segera bisa berdagang. 

Masyarakat kita itu baik. Diminta mendaftar, mereka ikuti. Diminta menunggu, dengan sabar dilakoni. Asal ada kepastian. Para pemimpin-lah harus memberikan kepastian. 

Dan, satu lagi. Pandangan utama yang harus dipahami benar-benar ialah kebijakan dilahirkan untuk kemaslahatan banyak warga, bukan segelintir orang.

Jumat, 31 Januari 2025

AYAM YANG MATI DI LUMBUNG

Bagaikan ayam yang mati di lumbung. Dengan segala keuntungan dan kesempatan yang memihak sebelum laga melawan Dinamo Zagreb di putaran grup Liga Champions, AC Milan justru membuang semuanya. Bukan untung yang didapat malah buntung. Kesempatan untuk langsung ke 16 besar dibuang percuma dan akhirnya harus melawan Feyenoord atau Juventus di playoff babak berikutnya. 

Edisi pagi dari La Gazzetta dello Sport menyebut Milan "tidak terorganisir, buruk, tertinggal dan, setelah bermain dengan 10 pemain, beberapa kali terancam kebobolan lagi. Gazzetta menambahkan, Milan menyamakan kedudukan namun akhirnya kalah 1-2. Menurut koran berkertas pink itu, Milan pada akhirnya pantas kalah melawan tim yang secara teori lebih lemah.

Satu-satunya gol Milan oleh Pulisic tampak seperti "keberuntungan Conceicao yang kesekian kali" dalam periode awalnya di Milan ini. Terlepas dari kemenangan Supercoppa (yang tentunya sebuah prestasi meskipun dicapai berkat berbagai keadaan mendukung), dari segi permainan dan organisasi, pengaruh pelatih asal Portugal ini kurang terlihat. Di akhir pertandingan, mantan pelatih Porto tampak sangat gusar: dia tahu bahwa ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, mungkin lebih dari yang dia perkirakan.

Lalu dimana salahnya tim ini? Versi Sergio Conceicao, tim ini kehilangan agresivitas. "Saya tidak akan menyembunyikan fakta bahwa di babak pertama kami kekurangan agresivitas dalam bermain. Ketika sebuah tim tidak memiliki fondasi tertentu, sangat sulit untuk melakukan sesuatu yang positif," ujar Conceicao.

Dia menambahkan, sepak bola terdiri dari duel konstan dalam bertahan dan menyerang. "Ketika kami mencetak gol, kami mencoba untuk memenangkan pertandingan, tetapi lagi-lagi karena kesalahan individu, kami kebobolan gol kedua. Ketika bermain di kompetisi ini, Anda harus tetap waspada dan menunjukkan level tinggi dari awal hingga akhir," imbuhnya. 

Ya, Milan memang tidak berwajah dua seperti ulasan kami sebelumnya. Milan musim ini banyak memiliki masalah. Termasuk salah satunya, tidak bisa konsisten dalam level tinggi sepanjang laga. Malas-malasan. Lebih banyak umpan ke samping kanan kiri daripada progresif passing. Lebih penting dari itu fondasi tim kurang kokoh.

"Ada ketidakstabilan. Keseimbangan yang kurang. Tim ini diciptakan tidak ideal untuk menjadi mulus, semua kekurangan ini terlihat. Mereka mengganti pelatih, ada drama berkelanjutan: ini adalah musim yang bergejolak dan tidak konsisten," kata Zvonimir Boban seusai laga lawan Zagreb.

Boban melanjutkan dengan membahas beberapa pemain: "Leao adalah seorang penyerang sayap, dia harus bermain melebar di sayap dan tidak bergeser ke tengah untuk mengangkat Hernandez, yang ketika bermain di depan tidak mengerti apapun. Theo harus mulai dari belakang untuk membuat lawan kesulitan. Jika Anda memiliki penyerang yang berperan dalam pertandingan seperti ini (sesuatu tentu akan berbeda)... Morata tidak terlihat: kasihan dia, tetapi memang nyata ketika dia bermain sebagai penyerang utama, dia tidak tampak."

Terus terang tidak sulit untuk menganalisa laga lawan Zagreb kalau bicara sepakbola. Kekalahan murni disebabkan oleh kesalahan elementer para pemain, terutama oleh Gabbia dan Musah. 

Perbaikan perlu fokus ke sisi mental. Pemain perlu dilatih untuk tetap fokus dalam tekanan tinggi. Kesalahan elementer sering terjadi karena penurunan konsentrasi akibat tekanan pertandingan. Latihan simulasi tekanan bisa membantu pemain lebih siap menghadapi situasi krusial.

Aspek fisik juga krusial. Kelelahan sering menjadi penyebab kesalahan dasar. Program kebugaran yang tepat dan manajemen energi harus diperhatikan. Pemain perlu memahami kapan harus menghemat energi dan kapan harus all-out.

Saat pertandingan berlangsung, pelatih perlu memastikan pemain tidak terlalu tegang karena ketegangan berlebih justru bisa memicu kesalahan elementer. Komunikasi yang tepat antara pelatih dan pemain sangat penting untuk menjaga keseimbangan mental pemain.

Yang sering terabaikan adalah aspek recovery. Pemulihan yang tidak sempurna bisa menurunkan koordinasi motorik pemain dan meningkatkan risiko kesalahan dasar. Program recovery yang komprehensif harus menjadi prioritas, terutama di jadwal padat.

Bagaimana menurut Anda?

Kamis, 23 Januari 2025

DUA WAJAH AC MILAN

Banyak yang menyebut kalau AC Milan sekarang seperti memiliki dua wajah. Wajah pertama yang rupawan tampak di Liga Champions. Kemenangan lawan Girona dinihari tadi berarti dengan menang lima kali berturut-turut yang ketiga sepanjang sejarah, sebelumnya pada musim 1992-1993, 2004-2005. Dalam dua musim saat menang lima kali berturut-turut itu, Milan lolos ke final. Kini Milan berada di peringkat delapan besar yang menjamin lolos langsung ke 16 besar asal bisa menang lawan Dinamo Zagreb.

Sayang, Milan juga memiliki wajah lain, yaitu tampang buruknya di kancah Serie A. Saat ini Il Rossoneri berada di peringkat ke-8 Serie A yang membuat sulit untuk bisa lolos ke Liga Champions musim depan. Dalam tiga laga terakhir Serie A mereka menang, imbang dan kalah masing-masing satu kali.

Ada banyak faktor dalam sepakbola yang membuat sebuah tim disebut memiliki dua wajah. Faktornya cukup kompleks dan terkait. Pertama faktor psikologis, dimana kompetisi seperti Liga Champions memiliki tekanan dan motivasi berbeda. Pemain cenderung lebih termotivasi karena prestise internasional, hadiah yang lebih besar, dan kesempatan menunjukkan kemampuan di panggung global. Mereka merasa lebih terinspirasi dan bersemangat ketika bermain melawan tim-tim top Eropa, sementara di liga lokal, motivasi bisa menurun karena sudah terbiasa dan merasa pertandingan tidak sepenting kompetisi internasional.

Kedua faktor tradisi kompetisi dimana Serie A lawan memiliki tipikal permainan yang justru menjadi handicap bagi Milan. Ini adalah semacam bahasa halus untuk tidak menyebut pemain cenderung menurunkan konsentrasi dan tidak serius karena menghadapi tim yang dianggap lebih lemah.

Faktor lain adalah manajemen energi dan strategi dimana pelatih sering kali melakukan rotasi pemain di liga lokal untuk menjaga kondisi pemain kunci menghadapi kompetisi bergengsi seperti Liga Champions. Hal ini bisa menurunkan performa tim di liga domestik. Beberapa pemain top juga mungkin tidak sepenuhnya fokus pada liga lokal, dengan pikiran lebih tertuju pada pertandingan Eropa.

Di kompetisi internasional, tekanan publik dan media berbeda. Liga Champions memiliki sorotan global yang membuat pemain lebih terpacu untuk tampil maksimal. Sementara di liga lokal, tekanan bisa terasa berbeda dan membuat pemain kurang responsif. Dari aspek taktik, tim top Eropa biasanya memiliki strategi khusus untuk kompetisi internasional. Mereka lebih detail dalam persiapan, analisis lawan, dan pendekatan taktis. Di liga lokal, pendekatan bisa berbeda.

Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa performa tim sepakbola tidak selalu konsisten dan dipengaruhi oleh berbagai dinamika kompleks yang ada di balik lapangan.

Pertanyaannya, benarkah Milan memiliki dua wajah?

Sepertinya tidak. Jika melihat pertandingan melawan Girona dinihari tadi, jelas masih banyak sekali problem yang harus dipecahkan. Jadi, baik di Serie A maupun di Liga Champions masih memiliki masalah.

Soal pertama di lini depan. Mengulangi laga lawan Cagliari, finishing Milan buruk sekali. Top skorer Serie A untuk Milan setelah 20 pertandingan adalah Alvaro Morata, Christian Pulisic, dan Tijani Reijnders masing-masing dengan lima gol. Leao menyusul dengan 4 gol. Untuk Pulisic dan Reijnders angka tersebut cukup baik mengingat posisi mereka, tetapi bagi Alvaro Morata yang didatangkan untuk menggantikan Olivier Giroud, seharusnya mencetak lebih banyak gol.

Perbandingan dengan top skorer lain dari klub Serie A menunjukkan Mateo Retegui dari Atalanta dengan 14 gol, Marcus Thuram (Inter) dengan 13 gol. Lalu Moise Kean dari Fiorentina dengan 12 gol, Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez 8 gol. Bahkan Patrick Cutrone sudah membuat tujuh gol.

Hanya Monza dan Parma yang top skorer-nya mencetak lebih sedikit gol dibandingkan Milan (4 gol), sementara Cagliari, Torino, dan Venezia berada di level yang sama dengan Rossoneri.

Ukuran lain untuk memahami persoalan tumpulnya lini depan adalah peringkat xG (Expected Goals, yaitu kualitas peluang yang diciptakan) dibandingkan dengan gol yang sebenarnya dicetak. Menurut Understat, Milan memiliki xG 35,23, menempati urutan ketiga di liga, hanya di bawah Inter dan Atalanta. Tapi gol yang dicetak sangat minim. Inter sudah mencetak 51 gol sementara Atalanta 46 gol. Milan baru membuat 29 gol. Contoh nyata pada momen di lapangan bisa dilihat bagaimana Yunus Musah membuang dua peluang dengan tidak memilih menembak langsung ke gawang Girona pada posisi menjanjikan.

Problem lain adalah lini belakang. Boleh dibilang Milan beruntung ketika gol Bryan Gil dianulir karena offside hanya beberapa centimeter. Girona juga memiliki banyak peluang yang menunjukkan bolongnya lini belakang Milan. Dari empat bek tengah utama, belum jelas benar mana sesungguh pemain inti. Apakah Strahinja Pavlovic, Gabbia, Thiaw maupun Tomori sering berganti dari waktu ke waktu.

Jelas benar masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Termasuk juga lini tengah.

Lalu berada di mana situasi Milan sekarang? Mungkin memang para pendukung perlu sepakat dengan kata-kata pelatih baru Sergio Conceicao. Menurut dia, Milan masih berada dalam tahap evolusi. "Kami sedang dalam periode evolusi dan harus terus bekerja. Ada beberapa hal yang berjalan baik dan banyak hal lain yang tidak berjalan dengan baik. Namun hal terpenting adalah hasilnya: kami terutama di babak pertama menciptakan peluang untuk mencetak lebih banyak gol dan mereka juga memilikinya. Di babak kedua, ketakutan untuk kebobolan lebih dominan daripada keinginan mencetak gol kedua, tetapi itu normal dalam momen ini."

Betul jika Milan berada dalam periode evolusi. Tetapi perlu juga untuk tim pelatih dan manajemen menetapkan tenggat waktu kapan keluar dari periode tersebut. Sembari diiringi perbaikan performa juga diikuti penambahan pemain baru, seperti striker Santiago Gimenez misalnya.

Jangan terlalu lama Morata, Tammy, Jovic atau Camarda mandul gol. Bukankah ini sudah setengah musim berjalan?

Kamis, 09 Januari 2025

prestasi patrick kulivert


Sepak bola Curacao mengalami harapan yang tinggi ketika Patrick Kluivert mengambil alih sebagai pelatih timnas pada Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Concacaf di tahun 2015. Meski Kluivert, yang memiliki ikatan keluarga dengan Curacao melalui ibunya, tidak berhasil membawa timnya ke Rusia, dia tetap berhasil meningkatkan prestasi sepak bola negara tersebut.

Antara Maret 2015 dan Juni 2016, Kluivert mencatatkan rekor yang cukup mengesankan dengan enam kemenangan, tiga hasil imbang, dan hanya tiga kekalahan. Yang terpenting di luar pencapaian itu, dalam waktu kurang setahun, Patrick Kluivert berhasil mendongkrak peringkat Timnas Curacao di daftar rangking FIFA dari 151 ke posisi 75.

Bahkan setelah Kluivert beralih menjadi Penasihat Timnas Curacao pada tahun 2017 untuk menjabat sebagai Direktur Akademi Ajax, prestasi tim tetap meningkat di bawah asuhan asistennya, Remko Bicentin, yang membawa negara ini meraih peringkat tertinggi di urutan 68 FIFA.

Saat ini, Timnas Curacao berada di posisi ke-91, tepat di bawah Timnas China, yang merupakan rival Indonesia di putaran ketiga Grup C Zona Asia Kualifikasi Piala Dunia 2026.